NIAT baik saja tidaklah cukup. Manusia tidak hidup hanya dengan niat semata. Seseorang tidak dinilai semata oleh niatnya di dalam hati. Tetapi juga oleh perbuatannya sebagai wujud ekspresi dari niatnya itu.
Orang-orang musyrikin juga begitu. Mereka ngakunya berniat baik. Yakni, hanya ingin menjadikan orang-orang saleh yang sudah meninggal sebagai perantara doa mereka kepada Allah. Mereka menganggap bahwa diri mereka penuh dengan dosa, sehingga tidak pantas untuk langsung berdoa kepada Allah. Menurut mereka, orang-orang saleh memiliki keutamaan di sisi Allah. Dekat dengan Allah. Mereka pun ingin dekat dengan Allah dengan perantaraan orang-orang saleh itu.
Tetapi, niat baik itu diselewengkan dengan perbuatan yang keliru. Mereka kemudian meminta syafaat kepada orang-orang yang sudah meninggal. Padahal Allah sudah menegaskan, “Katakanlah, ‘Semua syafaat itu pada hakikatnya adalah milik Allah’ “ (QS Az Zumar: 44).
Kepada arwah para orang saleh itu pula orang-orang meminta beragam hal. Padahal, meminta kepada orang yang sudah meninggal adalah termasuk perbuatan syirik akbar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam. Karena itu, niat baik kaum musyrikin ini tidak bermanfaat sama sekali karena cara yang mereka tempuh adalah kesyirikan, perbuatan yang merupakan penghinaan kepada Allah.
Hal tersebut dilakukan musyrikin sejak zaman dahulu. Penghormatan terhadap arwah orang-orang saleh itu dilakukan dengan membuat patung-patung dan petilasan-petilasan.
Ratusan berhala yang dihancurkan Rasulullah Muhammad SAW di Kabah dan sekitarnya juga punya fungsi seperti itu. Dulu, musyrikin Quraisy juga beralasan bahwa benda-benda keramat itu mereka sembah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dibuat patung, petilasan ataupun tidak, perlakuan keliru terhadap arwah orang-orang saleh tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim yang bertauhid.
Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan, Allah telah menceritakan bahwa kaum musyrikin itu sendiri ternyata memiliki sesembahan yang beraneka ragam, tidak hanya patung. Ada juga di antara mereka yang menyembah wali, orang-orang saleh, bahkan para malaikat. Kendati demikian, Allah tetap menyamakan hukum atas mereka dan tidak membeda-bedakannya. Maksudnya, mereka sama-sama ingkar.
Allah berfirman,
“Pada hari mereka semua dikumpulkan, kemudian para malaikat ditanya, ‘Apakah semasa hidup di dunia mereka beribadah kepada kalian? ‘Malaikat menjawab, ‘Maha Suci Engkau. Engkau lah penolong kami. Sebenarnya mereka itu telah beribadah kepada jin. Kebanyakan mereka beriman kepada jin.’ ” (QS Saba’: 40-41).
Ayat ini menunjukkan bahwa di antara kaum musyrikin itu ada yang menyembah malaikat. Namun, para malaikat berlepas diri dari perbuatan mereka itu pada hari kiamat. Para malaikat mengatakan bahwa mereka tidak memerintahkan kaum musyrikin untuk melakukan hal itu. Mereka pun tidak senang disembah. Malaikat adalah makhluk Allah yang paling taat.
Begitu pula kalau ada yang menyembah para Nabi, wali dan orang-orang saleh. Semuanya tetap disebut sebagai kesyirikan. Sebab, ibadah adalah hak Allah semata. Tidak boleh dibagi-bagi kepada selain-Nya. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah, namun diiringi dengan beribadah kepada selain-Nya, maka dia telah berbuat syirik dan keluar dari Islam.
Tidak Cukup Niat
01.11
No comments
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalken Pesan